Review Buku : Aroma Karsa

 Halo! Swadikap! 

    Aroma Karsa, buku yang ditulis oleh Dee Lestari dengan cerita yang unpredictable banget dan selalu bikin penasaran. Buku ini membuat imajinasi atau deskripsi tentang "aroma" menjadi sangat detail dan liar.



    Dee menceritakan tentang sebuah ekspedisi yang dilakukan oleh keluarga Prayagung untuk mencari tanaman yaitu "Puspa Karsa" yang sangat dirahasiakan bentuk dan tempat tumbuhnya. Bahkan, ga ada yang bisa mendeteksi aroma "Puspa Karsa" ini selain orang-orang pilihan. Puspa Karsa yang sebelumnya hanya sebuah dongeng yang didengar oleh Janirah Prayagung jatuh menjadi sebuah ambisi untuk menemukannya, yang kemudian ambisi itu ia turunkan ke cucunya yaitu Raras Prayagung.    

    Raras Prayagung seorang wanita yang sangat ambisius memiliki seorang anak angkat bernama Tanaya Suma. Diceritakan, Suma memiliki sebuah penyakit yaitu "Hipersomia" yang mengakibatkan berbagai bau yang Ia cium akan tercium sebagai bau yang sangat luar biasa memuakkan dan mengharuskan Suma untuk mengonsumsi obat setiap hari.

    Jati Wesi seorang anak yang ditemukan di TPA Bantar Gebang dengan kemampuan penciuman yang begitu menakjubkan, seorang peracik parfum di sebuah toko parfum bernama "Attarwala", dan juga  "obat" yang sesungguhnya untuk Tanaya Suma. Tokoh Jati wesi ini dapat mengetahui komposisi dari suatu cairan, benda, udara, dan apapun sampai ke detailnya dan sangat detail dengan hanya memanfaatkan penciumannya saja. Bahkan, manusia hidung tikus ini sempat ditawari menjadi agen intelijen kepolisian, karena Ia mampu menemukan mayat seseorang yang sudah tertimbun tumpukan sampah setelah tujuh hari dinyatakan hilang dan diyakini mayat tersebut tenggelam ditumpukkan sampah TPA Bantar Gebang.

    Kemampuan Jati Wesi ini menjadi bumerang dan juga mimpi indah untuknya. Pada suatu hari Jati Wesi ditangkap oleh kepolisian karena sudah melakukan plagiarisme terhadap parfum milik perusahaan Raras Prayagung dengan komposisi dan wangi yang sangat mirip dengan parfum tersebut. Tertangkapnya Jati Wesi ini menjadi awal mula terkuaknya sebuah fakta tentang Jati Wesi, Tanaya Suma, Puspa Karsa, serta beberapa tokoh yang ga bisa aku sebutkan satu per satu.



    Dee menceritakan buku ini dengan alur yang maju mundur dan membuat kita menjadi penasaran banget tentang "siapa si sebenarnya tokoh ini?". Penggabungan cerita tentang petualangan, persahabatan, percintaan, keluarga, misteri, mitologi, dll yang dibuat begitu apik mampu membuat aku kagum banget sama cara Dee mendeskripsikan "aroma". Imajinasinya yang dikemas melalui Jati Wesi, Tanaya Suma, Puspa Karsa serta berbagai unsur instrinsik dalam cerita membuat alurnya menjadi sangat keren.

    Kata-kata yang sebelumnya belum pernah aku temukan dan sangat asing mampu diselipkan dengan baik oleh Dee dan menambah pengetahuan baru hehehe. Selain itu juga ada kata-kata yang menurutku bagus untuk dikutip

"Inilah tempat aroma alga dan garam menenggelamkan semua. Segalanya jadi tak berarti di hadapan kekuatan sebesar itu. Termasuk aku dan kumpulan manusia yang berkumpul mengantar matahari pergi dari gerbang malam" (Dee, 2018:247)




    Buku ini, dicetak dengan 710 halaman dan cetakan pertama terbit tahun 2018 lalu. Sebelumnya cerita Dee ini hanya dapat dinikmati dalam bentuk digital, yang merupakan cerita bersambung dan dibagi menjadi beberapa bagian.

    Sejujurnya saat pertama baca buku ini aku ada rasa-rasa sedikit bosan, karena aku belum nyambung alurnya seperti apa, tokoh ini tuh sebenarnya siapa, ini tuh mau cerita tentang apa si sebenarnya. Tapi, karena alurnya yang "kurang jelas" itulah yang membuat aku terus penasaran ingin baca buku ini dan amaze banget ternyata alurnya sebegitu unpredictable. Oiya, harga buku ini Rp 125.000,00 khusus Pulau Jawa dan dapat dibeli di toko buku terdekat.

    Sekian review buku ala-ala ini ya Bund, semoga menarik minat membaca teman-teman ahhahahhah. Mohon maaf kalo blog ini banyak kekurangan. Namanya juga blog buat curhat ye Bund.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Labuan Bajo

Teks Prosedur Kompleks

Super Short Weekend Gateway in Bali Part 2