Pengalaman ke Sulawesi Selatan (Eps. Toraja)

     Hi, welcome back to my blog, di episode Toraja kali ini, mungkin ga banyak yang bisa gue share ke kalian, karena jujur aja nih, gue juga ga dateng ke banyak tempat di sana [AW sedih BGT]. But, semoga tetap bisa jadi referensi kalian kalo ke sana ya.

   
     PLTB TOLO
     Sebelum ngebahas tentang Toraja, gue mau share ke kalian tentang satu tempat wisata yang bisa banget kalian datengin saat perjalanan pergi ke atau pulang dari Bulukumba. Seperti yang gue bilang di tulisan gue sebelumnya tentang Pengalaman ke Sulawesi Selatan (eps. Bulukumba) kalo selama perjalanan dari Makassar - Bulukumba ada beberapa tempat wisata yang bisa kalian datengin. Nah, salah satunya adalah PLTB Tolo yang ada di Kabupaten Jeneponto. PLTB itu kepanjangannya Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (bayu artinya angin).

 PLTB Tolo (22/02/20)

    Kalo kalian ke Bulukumbanya ngelewatin jalur yang gue sebutin di tulisan gue sebelumnya, pasti kalian akan ngeliat baling-baling besar di tengah sawah, nah! baling-baling itulah namanya PLTB. Akses menuju PLTB ini sangat mudah dijangkau, karena keberadaan pintu masuknya pas di pinggir jalan utama. Oh ya, saat kalian masuk ke kawasannya akan ada banyak baling-baling (jadi ga cuma ada satu atau dua aja), nanti di sana ada lapangan luas banget dan itu merupakan spot yang bagus untuk bisa lihat jelas baling-balingnya sekaligus menikmati pemandangan sekitarnya.

 Kupikir aku di luar negeri, ternyata aku di Indonesia :)

Sumber Foto : Kamera Artha

     Informasi dari beberapa website yang gua baca, PLTB ini merupakan yang terbesar ke-2 di Indonesia dengan kapasitas 72 MW dan telah beroperasi sejak 2019. PLTB ini juga merupakan objek wisata baru di Sulsel, waktu gue berkunjung ke sana belum ada biaya tiket masuk tapi ga tau deh ya nanti. 


Jeneponto (22/02/2020)

     Waktu terbaik untuk berkunjung ke sana menurut gue sore hari karena udah ga terlalu panas dan anginnya sepoi-sepoi gimana gitu ya. Ini jadi destinasi yang sangat gue rekomendasiin untuk dikunjungin si, karena bagus berasa di luar negeri gitu hehehheheh. 

TORAJA

     Cerita pengalaman gue ke Bulukumba sudah berakhir, sekarang kita lanjutkan ke cerita gue tentang Toraja. Siapa yang di telinganya masih asing banget sama "Toraja"? Kayanya jarang ya, mostly udah pada pernah denger. Hal yang baru gue pahami adalah ternyata antara Tana Toraja dan Toraja Utara itu beda, jadi saat gue ke sana gue mengunjungi dua kabupaten yaitu Kabupaten Tana Toraja dengan ibukota Makale dan Kabupaten Toraja Utara dengan ibukota Rantepao, untuk memudahkan prolog tulisan ini lebih baik gue sebut Toraja aja ya.

     Toraja ini letaknya di daerah pegunungan Sulawesi Selatan terdiri dari beberapa kabupaten diantaranya seperti yang sudah gue sebutkan di atas. Mayoritas penduduk Toraja ini adalah Suku Toraja, dan yang terkenal banget dari sini adalah tempat pemakamannya yang ada di gua/dinding gua, upacara adatnya, rumah "Tongkonan", serta beberapa situs peninggalan sejarah.

     Cara ke Toraja :
 
      Perjalanan ke Toraja kita mulai tanggal 22 Februrai 2020 malam harinya sesaat setelah kita tiba di Makassar (iya, setelah dari Bulukumba kita langsung cus ke Toraja). Ada beberapa cara menuju Toraja, diantaranya kalian bisa menggunakan mobil pribadi, sewa jasa travel, naik bus pagi, atau naik bus malam yang jelas semuanya melalui jalur darat.

     Nah, menurut gue bus malam ini menjadi alternatif paling efektif buat kalian yang backpacker dan cuma one day trip, karena apa? Karena dengan menggunakan bus malam kalian jadi bisa menghemat anggaran untuk sewa hotel. Perjalanan yang ditempuh dari Makassar-Toraja kurang lebih 8 jam. Jadi, kalo kalian berangkatnya malam, kalian akan tiba di Toraja pagi harinya dan bisa langsung cus eksplore Toraja.

     Informasi mengenanai bus malam. Jadi, ada banyak pilihan agen bus dan pilihan jenis bus dengan harga yang bervariatif menuju Toraja. Contonya ada Primadona, Litha co, Borlindo, Kharisma Trasnport dan masih banyak lagi. Jenis busnya itu ada yang biasa, eksekutif, masterpiece, sleeper, dan masih banyak lagi yang jelas semuanya sudah nyaman dan ber-AC. Harga busnya juga bervariatif tergantung jenis bus yang kalian pilih ada yang 140k, 170k, dan yang paling mahal untuk saat ini adalah 250k. Oh ya, ada dua pilihan turun kalo naik bus ini yaitu di Rantepao dan Makale.

     Cara pesan busnya gimana? Kalian bisa pesan dengan telepon langsung kantor perwakilan busnya, lewat traveloka(yg ini terbatas), atau yang paling enak dateng langsung ke tempat agen busnya (bisa lebih banyak informasi yang kalian tanyain). Jadwal pemberangakatannya juga beda-beda ada yang berangkat pukul 7, 8, 9, atau yang paling malam pukul 10 dengan waktu tiba di Torajanya sama, pagi hari antara pukul 5-6 pagi.

     Waktu itu kita berangkat ke Toraja naik bus Litha co dan pesan langsung di kantor perwakilan busnya yang berada di Jalan Urip Sumoharjo. Agennya besar, dan tepat berada di pinggir jalan utama. Bus yang kita naikin jenisnya masterpiece dengan harga tiket 170k/orang, sudah dapat selimut dan bantal terus ada sandaran kakinya juga pokoknya nyaman untuk tidur.


    Tempat Wisata di Toraja
 
     Lolai (Negeri di atas Awan)
     Setelah 8 jam perjalanan akhirnya kita tiba di Rantepao turun di depan Kantor POS dan BRI Rantepao. Transportasi kita selama di Toraja adalah mobil sewaan dengan harga sewa 450k satu hari exclude bensin 70k(nanti penyewa yang antar mobilnya ke Kantor Pos, kalo kalian mau kontaknya bisa langsung comment di bawah). Harga sewa tergantung pintar-pintarnya kalian menawar, sebelum ke Toraja pastiin kendaraan kalian di sana apa, supaya ga buang-buang waktu untuk cari transport ke tempat-tempat wisata.

     Destinasi pertama kita adalah Lolai sebuah negeri di atas awan yang ada di Toraja Utara. Lolai ini selain terkenal dengan pemandangan awannya yang luar biasa bagus, dia juga terkenal dengan sunrisenya yang memanjakan mata (ga heran kalo banyak pengunjung datang pas pagi buta). Akses jalan menuju Lolai sudah bagus (sudah diaspal) tapi ada beberapa yang perlu kalian perhatikan yaitu, walaupun jalannya sudah bagus tetep aja geng namanya juga negeri di atas awan, udah pasti letaknya ada di daerah pegunungan, jadi saat kalian ke sana dan skill menyetir kalian masih belum terlalu mahir lebih baik kalian sewa jasa sopir atau lebih baik mengendarai sepeda motor. Karena apa? Karena tracknya cukup menantang, tikungannya tajam, tanjakannya tinggi, dan jalannya juga meliuk-liuk, pastikan kendaraan yang kalian gunakan dalam keadaan prima. Waktu kunjungan juga harus diperhatikan, karena awan kan pergerakannya tergantung angin jadi mungkin kalo sudah rada siang sudah ketutup kabut dan bisa jadi gadapet awannya.

     Lebih kurang 30 menit melewati jalan yang meliuk-liuk kalian sudah ada di atas awan geng, awannya udah keliatan jelas banget. Gambarnya ada di bawah.


 


     Nah, kalo kita sudah melewati awan-awan itu, artinya sebentar lagi kita akan tiba. Ada beberapa tempat yang bisa kalian sambangi untuk menikmati awan-awanya yaitu To'tombi, Tongkonan Lempe, dan Pongtorra. View awan dari semua destinasi wisata di Lolai menyajikan pemandangan awan yang sama bagusnya. Kebetulan waktu itu kita milih untuk ke Tongkonan Lempe.


Tongkonan Lempe (23/02/2020)

 Tongkonan Lempe (23/02/2020)

 Tongkonan Lempe (23/02/2020)

     Memasuki kawasan Tongkonan Lempe, kita langsung disambut dengan deretan Rumah Tongkonan, hamparan awan yang luas banget, dan tentu saja sinar mentari. Informasi detail tiket masuk Tongkonan Lempe ini gue lupa, yang jelas waktu itu kita lima orang ditambah satu mobil  dikenakan biayay 75k(termasuk harga parkir mobil). Karena, kita ke sananya sudah rada siang (sekitar pukul 08.30) jadi udah ga dapet sunrise hehehehhe, tapi untungnya kita masih dapet awan-awannya.

Lolai, Toraja Utara (23/02/2020)

Awannya ga keliatan, ketutup kabut :)

     Dua foto di atas, bisa kalian lihat perbedaannya. Foto pertama itu waktu awannya belum ketutup kabut, bagus banget. Foto kedua ga keliatan awannya dan belakang kita udah ga keliatan apa-apa karena sudah ketutup kabut. Seperti yang gue bilang di atas perhatikan waktu kunjungan kalian, kalau bisa jangan pas musim hujan. Oh ya, gue saranin bawa cemilan-cemilan kecil dan air minum, karena jarang ada warung jadi daripada kelaperan lebih baik seperti itu.


     Kete Kesu
     Tiga puluh menit di Lolai ga berasa, kita langsung cus ke Kete Kesu. Kete Kesu masih di Toraja Utara dan letaknya ga terlalu jauh dari Lolai lebih kurang 15 menit (bisa pake gmaps). Objek wisata yang paling terkenal di sini yaitu rumah adat Tongkonan yang udah ada dari zaman dulu(turun-temurun), pemakaman raja-raja, pemakan di dinding/dalam guanya, upacara adat kematian dan beberapa peninggalan lainnya yang masih dijaga dengan baik.

     Memasuki kawasan Kete Kesu pengunjung dikenai biaya tiket masuk seharga 15k/orang. Objek wisata pertama yang bisa kalian nikmatin adalah Rumah Tongkonan dimana ini merupakan rumah adat khas Toraja yang sudah ada sejak zaman dahulu (turun-temurun). 

Kete Kesu (23/02/2020)

Rumah Tongkonan (23/02/2020)

     Setiap bagian dari rumah adat ini memiliki filosofinya tersendiri, misalnya saja atap rumahnya. Rumah Tongkonan memiliki bentuk atap seperti sebuah perahu, hal ini melambangkan leluhur Toraja yang merupakan seorang pelaut ulung. Selain itu, terdapat juga tanduk-tanduk kerbau yang digunakan untuk dekorasi rumah, konon ini melambangkan sebuah kemewahan dan strata sosial masyarakatnya. Sayang sekali, waktu itu kita ga menggunakan guide, jadi infromasi-informasi mengenai rumah adat ini ga bisa gue dapatin dengan jelas. Mungkin jika kalian berkunjung ke sana bisa menggunakan guide, jadi bisa banyak informasi yang kalian dapatkan.


    Tidak jauh dari Rumah Tongkonan, ada jalan setapak yang akan mengantarkan kita menuju kawasan pemakaman. Oh ya, sebagai wisatawan kita harus tetap jaga sikap kita, cara bicara, cara berpakaian, dan lain-lain, pokoknya yang paling penting tahu diri aja geng. 
     

     
     Memasuki kawasan pemakaman, hal pertama yang kalian bisa lihat adalah pemakaman-pemakaman keluarga yang terdiri dari rumah-rumah yang di depannya terdapat foto-foto jasad orang yang ada di dalam makam itu. Kalo gue ga salah orang-orang yang dimakamin di rumah-rumah kecil ini (seperti foto di atas) adalah masyarakat yang tergolong mampu ekonominya. Bentuk rumahnya sendiri macam-macam, ada yang berbentuk rumah Tongkonan ada juga yang rumah biasa. Beberapa makam tidak hanya ditandai dengan foto-foto tetapi ada juga patung-patung yang serupa dengan orang yang sudah meninggal.



          Melewati kawasan pemakaman keluarga, selanjutnya kita akan sampai di pemakaman yang sudah sangat terkenal. Yes, pemakaman yang ada di dinding-dinding tebing. Peti-peti jenazah yang terbuat dari kayu serta tengkorang-tengkoraknya diletakkan rapi di dinding-dinding tebing tersebut. Satu peti jenazah ga hanya terdiri satu tengkorak saja, tetapi beberapa tengkorak.
   



     Menyusuri jalan di pinggir tebing, kita sampai di depan sebuah gua yang juga digunakan untuk makam, di dalam gua ini hanya ada beberapa peti saja, jadi tidak terlalu banyak yang makam di dalam gua. Masuk ke dalam gua kita perlu seorang guide beserta senter-senter yang bisa kita dapatkan dengan harga 20k untuk semuanya. Gua ini cukup lembab, dan kita harus tetap berhati-hati karena licin.


     Ga banyak yang gue tahu tentang pemakaman-pemakaman di sini [AW SAD]. Sebenarnya ada beberapa informasi yang gue tahu, tapi lupa dan takutnya kebalik juga (sorry).


     Istana Saleko
     Masih di kawasan Kete Kesu, sekitar 50 meter dari sana ada sebuah tempat wisata juga, yaitu sebuah kandang kerbau belang. Jadi, kerbau ini merupakan kerbau yang biasa digunakan untuk upacara kematian para bangsawan. 

Kerbau untuk bangsawan (23/02/20)

Kerbau untuk rakyat biasa (23/02/20)

     Kalian pasti udah pada tau kan, kalo di Toraja ini juga sangat terkenal dengan upcara kematiannya yang sangat wah dan salah satu syaratnya menggunakan kerbau. Kerbau yang digunakan untuk upacara kematian rakyat biasa dengan bangsawan itu beda. Jika rakyat biasa mereka menggunakan kerbau yang berwarna hitam, sedangkan untuk para bangsawan kerbau yang digunakan adalah seperti pada gambar di atas. Kerbau yang digunakan para bangsawan selain memiliki ciri khas tersendiri, kerbau ini juga memiliki harga yang sangat fantastis, tergantung umur dan tanduk serta beberapa unsur lainnya, bahkan ada yang harganya sampai 1 Milyar Rupiah.

Istana Saleko (23/02/20)
          
     Foto kita dengan kerbau, bisa kalian lihat dibelakangnya, ada beberapa rumah Tongkonan. Fyi rumah Tongkonan itu adalah kandang kerbaunya. Dilihat dari harganya, sudah jelas kalo kerbau ini dirawat dengan sangat baik oleh pemiliknya, bahkan kerbau ini dimandiin setiap hari lho. Melihat kerbau ini kita dipungut biaya, tapi seikhlasnya saja, waktu itu kita kesana 20k/orang (yang ini bebas aja kalian mau bayar berapa, biasanya antar 10k-20k).


     Selain tempat-tempat yang gue sebutin di atas, di kawasan Kete Kesu ini juga terdapat tempat jualan oleh-oleh khas Toraja. Barang-barang yang dijual beragam mulai dari kain tentun, daster, gantungan kunci, kopi toraja, tas, kaos, sendal, dan masih banyak lagi, harga jualnya beragam yang jelas ga mahal masih standar untuk oleh-oleh. Harga jual di sini lebih murah dibanding di pasarnya.


Patung Yesus
     Selesai dari Kete Kesu kita lanjut ke Patung Yesus yang ada di Bukit Buntu Burake, Makale, Tana Toraja. Lokasi Patung Yesus ini ga terlalu jauh dari pusat Makale yaitu sekitar 5 KM. Akses menuju Patung Yesus sudah enak, jalannya lebar dan sudah di aspal. Karena lokasinya yang berada di atas bukit jadi jangan heran kalo jalan menuju ke sana tanjakannya tinggi-tinggi (lebih tinggi darpada ke Lolai), tapi tenang aja geng tracknya ga separah waktu ke Lolai dan untuk sampai di lokasinya cuma butuh waktu kurang lebih 15 menit. Harga tiket masuk untuk kita berlima dan satu mobil sebesar 54k.



Patung Yesus (23/02/2020)

     Obyek wisata ini selain menawarkan megahnya Patung Yesus, juga menawarkan indahnya pemandangan alam dari atas sana. Oh ya, di sana juga ada sebuah jembatan yang alasnya itu kaca bening, jadi dari jembatan itu kita bisa lihat ke bawah dengan jelas. Harga untuk mencoba jembatan ini sebesar 50k/orang include kaos kaki khusus yang sudah disediakan. 

Patung Yesus (23/02/2020)

     Tapi, kalo kalian ga mau mencoba jembatannya gapapa kok geng, karena pemandangan dari sana juga udah bagus banget, terus kalian bisa coba untuk naik ke batu-batu besar kalo mau menikmati pemandangan dari sisi yang lain.

Tempat Makan Halal

     Toraja, mayoritas penduduknya beragama non muslim tetapi ada juga yang muslim, jadi jangan heran akan ada banyak rumah makan yang menawarkan menu dari olahan babi dan banyak anjing berkeliaran. Tapi jangan khawatir geng, baik di Makale atau Rantepao sudah banyak warung makan halal yang bisa kalian sambangi untuk sekadar mengisi perut yang lapar.


     Rantepao sendiri, di dekat pasarnya sudah ada kurang lebih 5 warung makan halal yang semuanya menyajikan menu masakan berbeda. Kita sendiri makan di warung makan Pangsit Solo (jiwa-jiwa Jawanya gabisa dilupain heheheh), di dekat warung makan itu ada namanya warung makan madinah, terus ada pempek-pempek palembang dan lain-lain. Harga yang ditawarkan di tempat kita makan, masih sama seperti di Jawa ga jauh beda.


     Tempat Solat

     Masjid atau mushola di sini juga ada, kalo di Rantepao sendiri ada namanya Masjid Agung Rantepao, letaknya di dekat pasar Rantepao. Lalu kalo di Makale juga ada Masjid Raya Makale. Pokoknya kalian ga usah khawatir susah cari tempat solat geng, karena tingkat toleransi beragama di sani tinggi, kita aja di kasih tau tempat makan dan tempat solat sama warga lokal di Kete Kesu terus tempat solat di Makale kita juga dikasih tau sama warga lokal di sana. Semuanya berasal dari niat kalian, kalo niat kalian bagus insyaAllah kita akan aman di sana.

     Eksplore Toraja berakhir pada tanggal 23 Februari 2020, sebenarnya masih banyak banget tempat-tempat di sana yang belum gue sambangi dan pengen banget gue sambangi, mislanya Lembah Ollon. Megallitik Bori, Baby Grave, dan masih banyak lagi deh pokokoknya. Toraja memiliki kesan tersendiri buat gue, tempat bagus, udaranya sejuk, orang-orangnya ramah-ramah, dan mempunyai keunikan tersendiri. Fyi, setiap kantor pemerintahan, gereja, ataupun kantor biasa pasti berbentuk atap Rumah Tongkonan dengan warna dan hiasan ukir yang sangat khas.

     Selain itu, gue juga pengen banget ngeliat upacara-upacara adat yang sangat terkenal di sana, misalnya upacara kematian dan tradisi Ma'nene yang keduanya syarat akan makna. Indonesia itu benar-benar beragam, dari mengunjungi Toraja aja gue udah belajar banyak tentang keragaman budaya di Indonesia. Selain beragam, Indonesia juga memiliki alam yang kaya dengan pemandangan yang sungguh luar biasa. Terima kasih Toraja atas kenangan yang sangat indahnya. See you in another time.

     Oke geng, terima kasih sudah mau membaca blog gue, mohon maaf kalo banyak banget kekurangannya dan kalo ada informasi yang salah, kalian bisa comment di bawah aja geng. Semoga apa-apa yang kalian baca di sini dapat bermanfaat ya. BTW masih ada satu episode lagi tentang pengalaman gue ke Sulsel ini. Jangan lupa dibaca juga kalo nanti udah release. Hehehehehehe Bye...
    



     

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Labuan Bajo

Teks Prosedur Kompleks

Super Short Weekend Gateway in Bali Part 2